Akhirnya kita berjumpa lagi dengan yang dicinta
Meta Data Kajian
- Pemateri: Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc
- Materi: Riyadush Shalihin
- Sub Materi: BAB 50 | Al-Khauf (rasa takut kepada Allah)
- Tanggal: 2025-11-28T00:00:00.000+07:00
- Link Kajian: https://www.youtube.com/watch?v=OZNVCqfvln4
Catatan Kajian
Kajian ini membahas dua pertanyaan utama yang berkaitan dengan rasa takut kepada Allah (Khauf), Hari Kiamat, dan tanggung jawab orang tua.
1. Kapan Hari Kiamat dan Jaminan Bersama Orang Tercinta
Pertanyaan pertama datang dari seorang anak berusia 7 tahun yang penasaran kapan Hari Kiamat terjadi dan khawatir tidak bisa bersama ibunya di hari itu.
Jawaban Tentang Waktu Hari Kiamat
Ustadz menjelaskan bahwa pertanyaan mengenai kapan terjadinya Hari Kiamat telah dijawab langsung oleh Rasulullah ﷺ, menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahuinya:
- Hadits Jibril: Ketika Malaikat Jibril bertanya kepada Nabi ﷺ, “Mata as-Sa'ah?” (Kapan Hari Kiamat?), Nabi ﷺ menjawab: “Māl mas'ūlu 'anhā bi a'lama minas sā'il” (Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya). Artinya, baik yang bertanya maupun yang ditanya sama-sama tidak mengetahuinya.
Fokus Utama: Apa yang Sudah Disiapkan?
Alih-alih fokus pada waktu yang tidak diketahui, Nabi ﷺ mengarahkan fokus kepada persiapan seorang hamba. Dalam hadits Anas bin Malik, seseorang bertanya “Mata as-Sa'ah?” (Kapan Hari Kiamat?), dan Nabi ﷺ justru menjawab dengan pertanyaan: “Wa mā a'dada laha?” (Apa yang telah kamu persiapkan untuknya?).
-
Hadits: Sahabat yang bertanya menjawab, "Aku tidak menyiapkan banyak shalat, puasa, atau sedekah, kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Nabi ﷺ bersabda: “Anta ma'a ahbabta” (Engkau akan bersama orang yang engkau cintai).
-
Faedah dan Aplikasi Sehari-hari: Faedah utama adalah jika kita mencintai Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang saleh (termasuk orang tua yang beriman), maka kita memiliki harapan besar untuk dikumpulkan bersama mereka di surga. Fase kengerian di Hari Kiamat (di mana seseorang lari dari keluarganya) adalah salah satu fase yang panjang, namun pada akhirnya orang-orang beriman akan dikumpulkan bersama orang yang mereka cintai di akhirat.
2. Kekhawatiran Tanggung Jawab Orang Tua yang Sudah Hijrah
Pertanyaan kedua datang dari seorang anak yang sering merasa takut akan pertanggungjawaban orang tuanya atas didikan yang kurang baik di masa lalu (sebelum orang tua mereka berhijrah). Rasa takut ini bahkan lebih besar daripada rasa takutnya terhadap dirinya sendiri.
Tanggung Jawab Diri dan Keluarga
Ustadz menjelaskan bahwa rasa takut itu harus berjalan paralel antara diri sendiri dan keluarga, sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur'an:
-
Al-Qur'an (QS. At-Tahrim [66]: 6): "Qū anfusakum wa ahlīkum nārā" (Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka).
-
Hadits: Nabi ﷺ bersabda: "Ibda' bi nafsik" (Mulailah dari dirimu sendiri).
Oleh karena itu, adalah hal yang wajar jika kita mengkhawatirkan pertanggungjawaban orang tua, namun kita juga harus senantiasa takut dan berbenah diri.
Menggabungkan Khauf (Takut) dan Raja' (Harap)
Rasa takut terhadap tanggung jawab orang tua harus diimbangi dengan Raja' (rasa harap) kepada Allah, terutama karena orang tua telah bertaubat (hijrah).
-
Hadits tentang Tobat: Nabi ﷺ bersabda: "At-tāibu minadz-dzanbi ka man lā dzanba lahu" (Orang yang bertaubat dari dosa, seperti orang yang tidak memiliki dosa).
-
Faedah dan Aplikasi Sehari-hari:
-
Optimisme Tobat: Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Tobat dapat menghapus dosa-dosa masa lalu orang tua. Kita tidak boleh kalah duluan karena alasan karakter sudah terbentuk; perubahan itu sulit, tapi tidak mustahil.
-
Berbakti dan Istigfar: Teruslah berbakti kepada orang tua dan perbanyak Istighfar (memohon ampunan) untuk diri sendiri dan orang tua, memohon agar Allah memperbaiki urusan kita dan mengampuni segala dosa.
-