Dua kekuatan manusia untuk bersabar
Meta Data Kajian
- Pemateri: Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc
- Materi: Tadzkiratus Sami Wal Mutakallim
- Sub Materi: Sabar
- Tanggal: 2025-12-08
- Link Kajian: https://www.youtube.com/watch?v=BbPoIsGWb-c
Catatan Kajian
- Melanjutkan kajian terkait sabar, kajian sebelumnya membahas Sabar dalam Ketaatan adalah Derajat Tertinggi
| Fokus Bahasan | Rangkuman Inti | Aplikasi Sehari-hari | Referensi |
|---|---|---|---|
| 1. Keutamaan Ilmu Nafi dan Zuhud | Ilmu yang bermanfaat (Ilmu Nafi) dan sifat zuhud terhadap dunia adalah dua nikmat eksklusif. Allah tidak memberikannya kecuali kepada hamba yang pantas dan berhak (yang menjaga keikhlasan, kerendahan hati, dan adab). Harta dan kedudukan duniawi dapat diberikan kepada siapa saja, bahkan yang tidak berkapasitas (warisan/jabatan, dll.), dan ini menunjukkan rendahnya nilai dunia dibandingkan Ilmu Nafi. [05:08] | Jaga Keikhlasan: Sadari bahwa Ilmu Nafi tidak bisa diwariskan atau didapat hanya dengan kepintaran atau ketekunan, melainkan harus dengan kejujuran kepada Allah secara lahir dan batin, serta menjaga diri dari kesombongan. [09:23] | Imam Malik: "Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan ilmu seperti harta warisan." [01:17:01] |
| 2. Hakikat Kesabaran (As-Sabr) | Menurut Ibnul Qayyim, setiap jiwa memiliki dua kekuatan: 1. Quwatul Iqdām (kekuatan untuk maju/beramal) dan 2. Quwatul Iḥjām (kekuatan untuk menahan/berhenti). Hakikat sabar adalah kemampuan untuk mengendalikan Iqdām hanya pada hal-hal yang bermanfaat (ketaatan) dan mengendalikan Iḥjām untuk menahan diri dari hal-hal yang memudaratkan (maksiat). [31:20] | Evaluasi Diri: Kenali diri Anda: apakah Anda lebih kuat dalam beramal (iqdam) tetapi lemah dalam menahan diri dari maksiat (ihjam), atau sebaliknya? Jangan Mudah Menghakimi: Pahami bahwa manusia itu kompleks; orang yang jatuh dalam satu maksiat (seperti kisah Sahabat Abdullah) bisa jadi tetap mencintai Allah dan kuat dalam ketaatan lainnya. [01:29:58] | Ibnul Qayyim (Uddatus Sabirin): Sabar adalah mengarahkan kekuatan Iqdām untuk hal yang bermanfaat dan kekuatan Iḥjām untuk menahan diri dari hal yang memudaratkan. [31:20] |
| 3. Fikih Perbedaan Amal | Allah membagi amal saleh kepada hamba-Nya, sebagaimana Dia membagi rezeki. Seseorang mungkin dibukakan pintu salat sunah, namun sulit di pintu puasa sunah, atau sebaliknya. Ada yang dibukakan pintu sedekah, dan ada yang dibukakan pintu menyebarkan ilmu (mengajar). Ini adalah kurnia Allah. [01:41:07] | Rida dan Optimis: Rida dengan pintu kebaikan yang Allah bukakan untuk Anda (misalnya, menjadi pengajar atau rutin bersedekah), sambil tetap berupaya di pintu-pintu kebaikan yang lain. Jangan meremehkan amalan orang lain yang berbeda dengan kelebihan Anda. [01:48:46] | Abdullah al-Umari al-Abid menulis surat kepada Imam Malik menasihati beliau untuk banyak menyendiri dengan berzikir dan beribadah sunah. Imam Malik menulis jawaban kepadanya, “Sesungguhnya Allah membagi amalan sebagaimana membagi rezeki. Boleh jadi Allah mudahkan dan memberikan taufik-Nya kepada seseorang untuk banyak melakukan shalat sunah, tapi tidak dalam puasa sunah.” “Orang lain lagi, Allah memudahkan kepadanya untuk banyak bersedekah, ada lagi yang Allah mudahkan dan beri kelebihan kepada seseorang dalam berjihad. Menyebarluaskan ilmu juga merupakan amal kebaikan yang sangat utama. Saya ridha dengan taufik-Nya yang telah memudahkan untukku dalam menyebarkan ilmu syar’i. Saya kira amalan yang kulakukan ini tidak lebih rendah dari amalanmu. Saya berharap kita semuanya dalam kebaikan.” |
Nasihat Khusus Menyikapi Musibah Kematian Anak
Kepada pasangan yang kehilangan anak di usia dini, Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri menasihatkan:
-
Inti Kesabaran: Bersabar pada detik-detik pertama musibah adalah inti dari kesabaran yang sesungguhnya (Inna ṣabru 'inda ṣadmatil ūlā). [01:55:46]
-
Jaminan Surga: Berbahagialah karena anak-anak kaum muslimin yang wafat sebelum balig dijamin masuk Surga (Ijma' ulama) dan berada di bawah pemeliharaan Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Anak ini aman, dan tugas orang tua untuk anak ini telah tuntas. [01:58:50]
-
Kesedihan yang Proporsional: Menangis dan bersedih adalah fitrah dan sunnah (Nabi Muhammad SAW menangisi putranya, Ibrahim). Namun, kesedihan tidak boleh menguasai 100% hati. [02:01:36]
-
Kekuatan Harapan: Padukan kesedihan dengan rasa syukur dan harapan untuk reuni kembali di Surga. Sebagaimana kita yakin anak yang pergi ke sekolah akan kembali, begitu pula anak yang wafat akan kembali bertemu dengan orang tuanya di Akhirat, bagi mereka yang beriman. [02:07:02]