Guncangan dunia membuat harta tidak berarti
Meta Data Kajian
- Pemateri: Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc
- Materi: Riyadush Shalihin
- Sub Materi: https://www.youtube.com/watch?v=vXUc_6sc15k
- Tanggal: 2025-12-01T00:00:00.000+07:00
- Link Kajian: https://www.youtube.com/watch?v=vXUc_6sc15k
Catatan Kajian
- Kembali membahas terkait rasa takut
- Mengingat kembali perintah bertaqwa. Definisi taqwa Intinya menjalankan perintah Allah ﷻ dengan keikhlasan dan ilmu dan menjauhi maksiat dan dosa dengan keikhlasan dan ilmu.
- Kajian ini berfokus pada perintah Allah dalam Surah Al-Hajj ayat 1: "Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian; sesungguhnya guncangan Hari Kiamat itu adalah sesuatu yang sangat dahsyat."
- Perintah Takwa: Ayat ini adalah perintah untuk bertakwa (Taqwa), yang intinya adalah menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi maksiat, disertai keikhlasan dan ilmu. Imam Thabari menjelaskan bahwa takwa di sini adalah waspada terhadap hukuman Allah dengan cara taat kepada-Nya.
- Dahsyatnya Guncangan Kiamat: Guncangan Hari Kiamat (zalzalat as-sā'ah) digambarkan sebagai syai'un 'aẓīm (hal yang sangat dahsyat), yang kengeriannya tidak bisa diprediksi atau diukur oleh manusia. Gunung-gunung akan hancur lebur, langit terbelah, dan bintang-bintang bertaburan. Kengerian ini begitu hebat sehingga anak-anak kecil seketika bisa beruban.
- Harga Dunia Saat Goncangan: Ustadz menggunakan analogi gempa bumi dunia: Ketika bencana alam melanda, tidak ada seorang pun, sekaya apa pun, yang peduli untuk menyelamatkan harta, surat berharga, atau barang-barang mewah. Semua orang secara refleks hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri.
- Faedah Utama: Nilai sejati dan hakikat duniawi adalah sangat kecil. Jika guncangan dunia saja sudah membuat harta tidak berarti, maka di Hari Kiamat yang jauh lebih dahsyat, satu-satunya bekal yang akan menyelamatkan adalah Iman, Akidah, dan Ketakwaan. Kita harus menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan menjadikan dunia masuk ke dalam hati dan mengganggu ketenangan ibadah kita. Kita seharusnya lebih gelisah jika terlambat shalat atau zikir, daripada gelisah kehilangan materi.