Hidup tentang Dosis

Meta Data Kajian

Catatan Kajian

1. Bagaimana cara anak punya role model tapi ayahnya terbentur shift kerja tidak bisa berangkat ke masjid

  1. Nabi ﷺ bersabda, jagalah hak Allah ﷻ maka Allah ﷻ akan menjaga kita.
  2. Para ulama menjelaskan hak Allah ﷻ termasuk kita harus menjaga keluarga, mengajak mereka dalam kebaikan.
  3. Semakin kita banyak kendala teknis, saat itu harus semakin mendekatkan diri dan menjaga hak Allah ﷻ . Bukan malah menjadi alasan untuk tidak menjaga hak Allah ﷻ
  4. Sampaikan kepada anak bahwa orang tua ada kekurangan dan kelebihan, maka teladani lah Nabi ﷺ. Sehingga ambil lah positif nya orang tua dan perbaiki minusnya. Bukan positif nya tidak diambil dan minusnya jadi alasan kita juga tidak perform.
  5. Bersabar dalam mengajak anak shalat, Allah ﷻ berfirman menggunakan kata ishtibar yaitu sabar terus menerus. Kunci mengajarkan anak shalat
  6. Ishtibar itu sabar yang maraton
  7. Sebagai istri juga tidak bisa semata-mata menuntut suami nya untuk menjadi role model, melainkan istri juga melakukan perannya dalam mengajak anak shalat
  8. Keterangan para ulama, kita harus selama-lamanya bersabar dalam mengajak keluarga dalam kebaikan.
  9. Jalani konsekuensi dari keputusan kita menbina rumah tangga dan mendidik anak.
  10. Jangan kita menikah, inginnya enaknya aja. Atau dalam bisnis selalu mau untungnya aja. Karena hidup itu adalah dua sisi, dan tentang dosis.

2. Seorang selalu merasa dihukum oleh Allah ﷻ disebabkan penyakit hati seperti merendahkan orang lain padahal sudah berusaha dilawan

  1. Jika kita sudah berusaha melawan dan itu hanya berupa bersitan, maka insyaa Allah tidak masalah
  2. Inilah hakikat mujahid, mujahid sejati adalah orang yang melawan dirinya agar senantiasa dalam ketaatan kepada Allah ﷻ
  3. Dan kita mendapat pahala, ini bukan hukuman, selama kita senantiasa melawan
  4. Tetapi bagaimana jika perasaan penyakit hati itu selalu ada?
    “Adapun angan-angan yang lewat di benak seseorang dan bisikan di dalam hati bila tidak tetap atau tidak ditetapkan oleh yang bersangkutan maka itu dimaaf berdasarkan kesepakatan ulama. Pasalnya, lalu lalang angan-angan (khawatir) itu bukan pilihan kita. Tiada jalan untuk melepaskan diri. Ini yang dimaksud dalam sabda Rasulullah SAW, ‘Sungguh, Allah memaafkan umatku atas ucapan yang terbersit di dalam dirinya selagi tidak diutarakan atau diamalkan,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 296).

Sumber: https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/saat-kufur-dan-syirik-terbersit-di-hati-seorang-mukmin-p2Key

3. Sudah menikah tapi tidak ingin mendapat anak terlebih dahulu, karena belajar pada orang tua.

  1. Memiliki persiapan menjadi suami istri dan memiliki anak sangat penting. Imam Bukhari memberi keterangan ilmu dulu sebelum berbicara dan beramal.
  2. Ibnul Qayyim memberi keterangan, hidup itu yang penting selamat dari 2 serangan syaitan
    1. Tafrit, kekurangan dosis
    2. Ifrat, kelebihan dosis
  3. Seperti halnya kita sedang sakit dan minum obat, walaupun kita minum obat tetapi dosis nya salah tetap saja keliru dan bahkan bisa lebih berbahaya dibanding kita minum obat.
  4. Nasihat yang dipegang pasangan, "Tidak punya anak, karena belum selesai dengan diri sendiri" masih bersifat general. Dalam ushul fiqih keterangan global (walaupun baik) tidak bisa diterapkan langsung dalam masalah spesifik.
    1. Jika semua orang menunggu "selesai dengan diri sendiri" mungkin tidak ada yang menikah
    2. Hidup itu tentang ujian, kita tidak akan pernah selesai mendapat ujian
  5. Sehingga jika memutuskan menunda memiliki anak, tetapi tidak tidak ada upaya untuk memperbaiki jiwa, memperbaiki ibadah, memperbaiki hati, menambah ilmu, ini juga masalah
  6. Memiliki anak itu memang investasi yang besar dan perlu persiapan matang dari banyak faktor, tapi bukan berarti kita tinggalkan.
  7. Sadari manusia itu lemah, jaga kejujuran dan keikhlasan, mau jungkir balik (babak belur) untuk belajar jadi ayah dan ibu dan mengamalkan ilmu. Lalu berserah diri kepada Allah ﷻ
  8. Sebagai orang tua jangan meminta, melainkan ajarkan iman dan taqwa kepada anak. Karena menuruti semua permintaan orang tua bisa jadi bumerang, karena di hari akhir nanti mereka juga akan dihisab, maka diaturlah strategi. Jika orang tua minta "cucu" kepada anak, maka
    1. marwah orang tua turun
    2. keimanan turun
  9. Lalu orang tua juga tidak boleh mengeksploitasi anaknya. Kepada orang lain pun tidak boleh apalagi kepada anaknya sendiri. Bergantung lah kepada Allah ﷻ , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
Barangsiapa menggantungkan diri pada sesuatu, niscaya Allah akan menjadikan dia selalu bergantung pada barang tersebut.
Artinya, jika ia bergantung pada selain Allah, maka Allah pun akan berlepas diri darinya dan membuat hatinya tergantung pada selain Allah.

  1. Idealnya kita memiliki orang tua yang menjadi teladan sampai akhir hayatnya, namun jika Allah ﷻ uji kita dengan orang tua kita maka bersabarlah. Ingat kebaikan dan jasa-jasa orang tua. Berusaha semampu kita.

Pengamalan

  1. Ambil baik nya dari orang tua dan perbaiki kurangnya. Teladani ahlaq Nabi ﷺ dan bersabarlah dengan setinggi-tingginya sabar (istibar) untuk mengajak keluarga dalam kebaikan
  2. Allah ﷻ tidak menghukum apa yang terbersit dalam hati kita, selama kita melawan tidak mengucapkan dan tidak mengamalkan itu
  3. Hidup itu menurut keterangan Ibnul Qayyim yang penting selamat dari 2 serangan syaitan
    1. Tafrit, kekurangan dosis
    2. Ifrat, kelebihan dosis.