Jangan berebut sayap nyamuk

Meta Data Kajian

Catatan Kajian

Berikut adalah rangkuman singkat kajian yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri.


Rangkuman Singkat Kajian: Paradoks Kekhawatiran (Nilai Dunia vs. Dahsyatnya Kiamat)

Kajian ini berfokus pada Surah Al-Hajj ayat 1—perintah untuk bertakwa dan peringatan keras tentang dahsyatnya Hari Kiamat. Ustadz menyoroti paradoks dalam prioritas hidup manusia.

QS. Al:Hajj 22:1

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ

Artinya: "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar."

QS. Al:Hajj 22:2

يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى وَلٰكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيْدٌ

Artinya: "(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras."

1. Kengerian Guncangan Hari Kiamat (Zalzalah)

Allah berfirman: "Sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat adalah hal yang sangat dahsyat" (Inna zalzalat as-sā'ati syai'un 'aẓīm).

2. Nilai Dunia yang Tak Berharga

Ustadz membandingkan kengerian Akhirat dengan nilai dunia, merujuk pada sabda Nabi ﷺ:

3. Paradoks Kekhawatiran (Aplikasi Sehari-hari)

Paradoksnya adalah:

Inti Masalah: Jika seseorang lebih takut pada masalah duniawi yang fana daripada masalah akhirat yang abadi, ini menunjukkan lemahnya Iman kepada yang Gaib (Iman bil Ghaib) dan cenderung bersikap materialistis.

4. Kesimpulan dan Nasihat

Rasa takut terhadap Akhirat (Khauf) harus menjadi pemicu untuk:

  1. Proporsional: Bersikap proporsional dalam mencari dunia. Jadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan tujuan hidup.

  2. Pentingnya Taqwa: Fokus pada hal yang menyelamatkan, yaitu Iman, Akidah, dan Ketakwaan. Di saat guncangan terjadi, semua harta akan ditinggalkan; yang tersisa hanyalah amal.

  3. Evaluasi Hati: Pastikan dunia hanya ada di genggaman (alat), bukan di hati (yang mengendalikan perasaan dan mood). Kita harus lebih gelisah ketika kehilangan waktu ibadah daripada kehilangan aset duniawi.