Menyikapi Lingkungan Kerja yang Bermaksiat
Meta Data Kajian
- Pemateri: Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc
- Materi: Riyadush Shalihin
- Sub Materi: Sesi Tanya Jawab
- Tanggal: 2025-12-08
- Link Kajian: https://www.youtube.com/watch?v=IQ_fn1L34tg
Catatan Kajian
1. Menyeimbangkan Takut, Harap, dan Cinta kepada Allah
Bagi seorang Muslim yang merasa lalai karena terlalu mengandalkan kemurahan Allah yang Maha Pengampun (Ghafur), penting untuk menyeimbangkan kembali hati.
-
Aplikasi Harian:
-
Pelihara Rasa Takut: Batasan rasa takut yang wajib dimiliki seorang Muslim adalah rasa takut yang mampu mencegah dan menghentikan kita dari maksiat atau dosa. Rasa takut yang berlebihan hingga menimbulkan keputusasaan (seperti merasa pasti masuk neraka) adalah rasa takut yang tidak tepat dan tidak dibutuhkan.
-
Jangan Merasa Aman: Seorang mukmin tidak boleh merasa aman 100% dari makar (murka) Allah, sebab merasa aman dari makar Allah adalah ciri orang-orang yang merugi. Selama kita tidak bisa memastikan tobat kita diterima, di situlah porsi rasa takut harus hadir.
-
Cinta adalah Inti: Setelah rasa takut berada pada batas yang mencegah dari dosa, maka fokus harus dialihkan pada porsi rasa harap dan cinta kepada Allah, yang merupakan inti dari ibadah.
-
-
Referensi Al-Qur'an dan Ulama:
- Syekhul Islam: Menjelaskan bahwa batasan rasa takut adalah rasa yang mencegah kita dari maksiat; selebihnya tidak dibutuhkan.
2. Menyikapi Lingkungan Pekerjaan yang Bermaksiat
Ketika mendapatkan pekerjaan yang halal namun lingkungan kerja dipenuhi oleh maksiat (misalnya teman kantor meninggalkan salat), penting untuk mengambil keputusan yang bijak.
-
Aplikasi Harian:
-
Perhatikan Substansi: Jika substansi pekerjaan yang dilakukan haram (menyebabkan uang yang didapatkan menjadi haram), maka wajib hukumnya untuk mencari pekerjaan lain. Ada korelasi kuat antara harta yang halal dengan amal saleh yang berkualitas.
-
Peluang Berdakwah: Jika substansi pekerjaan halal, tetapi lingkungan kerja yang bermasalah (misalnya teman tidak salat), maka jangan langsung berpikir untuk resign. Anggaplah ini sebagai kesempatan emas untuk berdakwah (Fardu Kifayah) dan menjadi teladan.
-
Menjadi Pemberi Pengaruh: Berusahalah untuk berprestasi dan berada di posisi yang strategis. Orang cenderung lebih mendengar nasihat dari orang yang berada di atasnya (atasan) daripada yang setara atau di bawahnya. Ini adalah cara positif untuk memengaruhi lingkungan.
-
Keadilan Allah (Ahkamul Hakimin): Standar amal yang dituntut Allah disesuaikan dengan kondisi zaman dan lingkungan. Jika lingkungan kita tidak kondusif, standar amal Allah yang dituntut tidak akan sama tingginya dengan zaman para sahabat Nabi. Hal ini seharusnya mendorong kita untuk terus berjuang, bukan berputus asa atau mencela kondisi manusia.
-
-
Referensi Hadis dan Al-Qur'an:
-
Perintah kepada Rasul: "Wahai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Mukminun: 51). Ayat ini menggabungkan tuntutan harta halal dengan amal yang baik.
-
Hadis tentang Akhir Zaman: Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa akan datang satu masa yang banyak penceramah tanpa ilmu dan ulama sedikit, di mana "Barangsiapa yang berpegang teguh dengan sepersepuluh saja dari agama, maka dia akan selamat." Ini menunjukkan bahwa dalam kondisi yang tidak kondusif, Allah menurunkan standar tuntutan-Nya agar hamba tetap memiliki peluang keselamatan.
-
Larangan Mencela: Nabi ﷺ bersabda, "Jika ada orang yang mengatakan: 'Manusia telah rusak sekarang,' maka dialah yang paling rusak di antara mereka." (HR Muslim). Hal ini mengingatkan agar kita tidak meremehkan atau menghakimi kondisi manusia.
-