Nasihat Luqman
Meta Data Kajian
- Pemateri: Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc
- Materi: Tadzkiratus Sami Wal Mutakallim
- Sub Materi: Sabar
- Tanggal: 2025-12-08
- Link Kajian: https://www.youtube.com/watch?v=Bku-3BYhIw0
Catatan Kajian
I. Ilmu: Pelindung dari Kebodohan dan Kesedihan
Mencari ilmu agama (thalabul ilmi) ditekankan bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan untuk menjalani hidup. Ilmu memiliki tiga faedah krusial:
-
1. Menjaga dari Kehinaan Kebodohan: Ilmu melindungi kita dari belenggu kebodohan dan dikuasai oleh orang-orang yang tidak memiliki ilmu. Tanpa ilmu, kita akan menjalani hidup dengan tujuan yang rancu, seringkali berlawanan dengan kehendak Allah, seperti mengukur kebahagiaan hanya dengan harta atau popularitas.
-
2. Penawar Kesedihan (Al-Hamm): Kesedihan (hamm) seringkali muncul karena kita salah paham terhadap hakikat sebuah kejadian. Ilmu mengajarkan kita tentang takdir dan hakikat, membuat kita sadar bahwa setiap urusan mukmin adalah baik ('Ajaban li amril mukmin inna amrohu kullahu khair), sehingga rasa syukur dan pujian kepada Allah (Hamdullah) menjadi dominan.
-
3. Menentukan Kebahagiaan: Ilmu membantu kita mengenal Allah (Pencipta), tujuan hidup (beribadah), dan membedakan antara yang dicintai dan dibenci Allah, yang pada akhirnya menentukan kebahagiaan sejati kita.
II. Sabar: Tiga Pilar Inti Seluruh Agama
Para ulama, seperti Ibnu Qayyim rahimahullah, menyatakan bahwa kesabaran adalah separuh agama (nisfud-diin). Seluruh agama, dari hulu ke hilir, kembali kepada tiga kaidah besar yang harus disikapi dengan sabar:
-
Sabar dalam Menjalankan Perintah (Fi'lul Ma'mur): Bersabar dalam melaksanakan segala perintah Allah, seperti salat, puasa, dan amal ketaatan lainnya, meskipun terasa berat atau tidak sesuai hawa nafsu.
-
Sabar dalam Menjauhi Larangan (Tarkul Mahdhur): Bersabar untuk menahan diri dari segala bentuk maksiat atau larangan, yang cenderung enak secara jangka pendek, tetapi merusak di masa depan.
-
Sabar dalam Menghadapi Takdir (Sabr 'Alal Maqdur): Bersabar atas segala ujian, musibah, dan masalah yang telah Allah takdirkan.
Ketiga unsur ini adalah inti kehidupan setiap mukallaf (orang yang dibebani syariat), dan ketiganya adalah hal-hal yang secara tabiat manusia tidak sukai, sehingga butuh kekuatan Ikhlas dan Isti'anah (meminta pertolongan) kepada Allah.
Inti Kekuatan Sabar: Kisah Nabi Yusuf ’alaihissalam yang berhasil menghindari zina bukan hanya karena sabar, tetapi karena beliau termasuk hamba yang ikhlas (Innahu min 'ibaadina al-mukhlasin [QS. Yusuf: 24]). Ini menunjukkan bahwa ikhlas adalah akar dan penentu utama dari kesabaran sejati.
III. Model Pendidikan Luqman al-Hakim
Wasiat Luqman kepada putranya menjadi pondasi tarbiyah (pendidikan) untuk membangun mentalitas seorang muslim yang kokoh. Dalam QS. Luqman ayat 17, tiga kaidah agama tersebut diajarkan secara terpadu:
-
Wasiat Inti: "Wahai anakku, tegakkanlah salat, dan perintahkanlah kepada yang ma'ruf, dan cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu." [33:14]
-
Aplikasi Sabar dalam Tarbiyah: Melalui ayat ini, Luqman mendidik anaknya untuk sabar dalam empat tingkat:
-
Sabar dalam mengerjakan ketaatan (seperti salat).
-
Sabar dalam meninggalkan kemungkaran.
-
Sabar dalam mengajak orang lain mengerjakan ketaatan (al-ma’ruf).
-
Sabar dalam mencegah orang lain dari kemungkaran (al-munkar).
-
-
Faedah: Tarbiyah sejak kecil harus mengajarkan "skill menahan diri" (menahan nafsu, emosi, amarah, rasa malas, dan rasa takut) agar anak tidak rapuh saat dewasa, karena ia sudah terbiasa bersabar dalam menjalankan perintah, mencegah larangan, dan menghadapi penolakan orang lain.
IV. Nasihat Pernikahan: Memimpin, Bukan Menakuti
Mengenai isu suami yang "takut istri":
-
Peran Suami: Suami adalah pemimpin bagi istrinya (Ar-Rijaalu Qawwamuna 'alan Nisaa) [01:54:49]. Istri diciptakan untuk disayangi, dibina, dipimpin, dan dijaga dari api neraka (QS. At-Tahrim: 6), bukan untuk ditakuti.
-
"Takut" yang Positif: Jika rasa takut itu adalah takut akan pertanggungjawaban di hadapan Allah karena kinerja suami yang buruk dalam memimpin istri menuju surga, maka itu adalah ketakutan yang positif.
-
"Takut" yang Negatif: Ketakutan mutlak terhadap sosok istri dan tunduk padanya secara berlebihan dapat mengarah pada sikap yang tercela.
-
Prinsip Kepemimpinan: Mayoritas masalah rumah tangga muncul ketika suami gagal menjadi pemimpin sejati. Sebagaimana ucapan ulama, "Idzalu rijalan nisau nisaa" (Jika laki-laki benar-benar menjadi laki-laki, wanita akan menjadi wanita).
V. Mengapa Sulit Sabar Terhadap Orang Terdekat
Kesabaran seringkali lebih sulit diterapkan pada keluarga inti (pasangan, anak, atau orang tua) karena dua faktor yang saling terkait:
-
Intensitas dan Jangka Waktu: Hubungan dengan keluarga bersifat panjang, intens, dan tidak bisa dipalsukan (sandiwara). Kita akan menampilkan diri kita yang paling asli, termasuk ketidaksabaran, saat berhadapan dengan mereka. (Safar (perjalanan) mengungkapkan karakter, dan hidup bersama keluarga adalah safar seumur hidup) [02:04:37].
-
Posisi Tawar (Positioning): Seseorang cenderung mudah hilang kesabaran ketika berhadapan dengan pihak yang dianggap lebih lemah atau di bawah posisi dirinya (seperti suami terhadap istri/anak, atau anak terhadap orang tua yang semakin lemah). Berbuat baik di hadapan atasan atau orang yang lebih kuat secara posisi lebih mudah dilakukan daripada berbuat baik kepada orang-orang terdekat yang posisinya kita anggap di bawah kita. [02:07:56]