Overdosis kerja, ibadah terabaikan & Sensitivitas Rumah tangga
Meta Data Kajian
- Pemateri: Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc
- Materi: Riyadush Shalihin
- Sub Materi: Sesi Tanya Jawab
- Tanggal: 2025-12-08
- Link Kajian: https://www.youtube.com/watch?v=czKrdReq2Ck&list=PLJn69VMQAr8r2blxCNzdLvC4-uUq1dOZz&index=3
Catatan Kajian
Kerja dengan tupoksi tidak jelas
- Kondisi dengan kerja tanpa tupoksi jelas rentan merusak pola hidup kita dan juga ibadah
- Hendaknya bertaqwa kepada Allah ﷻ dan memberi masukkan kepada perusahaan
- Jika tidak coba cari tempat baru yang lebih bisa menjaga pola kita
- Kaidah para ulama, obat terakhir itu adalah amputasi
- Di luar sana cari kerja susah, tapi cari talent yang berkualitas juga susah
- Ingat yang kasih rezeki itu adalah Allah ﷻ bukan perusahaan.
Overwork tidak khusyuk ibadah
- Jangan membuat keputusan kecuali di atas ilmu
- Perbaiki niat,
Jika engkau jujur dengan Allah ﷻ , niscaya Allah ﷻ akan mewujudkan keinginanmu. (HR. An Nasaa'i)
- Musyawarah dengan ahlinya,
- Data yang kita kumpulkan tidak perlu sampai 100%, cukup sekitar 70% persen, lalu jujur dan minta tolong kepada Allah ﷻ .
- Jika sudah mengganggu ibadah wajib dan menuntut ilmu yang wajib, tidak khusyuk ibadah maka lebih baik mencari aktivitas lain.
- Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, diceritakan tentang seorang lelaki dari penduduk kampung (Arab Badui) yang berkata,
أَخَذَ بِيَدِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ وَقَالَ: ” إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللهِ إِلَّا أَعْطَاكَ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ “
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tanganku. Beliau pun mulai mengajarkan aku dari ilmu yang Allah Ta’ala wahyukan kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti, pen.) yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad no. 20739. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth.)
Dinamika rumah tangga, istri yang marah-marah kepada suami
- Istri yang baik tidak marah-marah kepada suami
- Mempelajari dan merenungkan bagaimana rumah tangga Nabi ﷺ dan Aisyah ra.
Sensitivitas dalam Rumah Tangga Nabi ﷺ
- Dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku, “Sesungguhnya aku benar-benar tahu saat kamu senang padaku dan saat kamu marah padaku.”
- Aisyah berkata, “Aku bertanya, “Dari mana Engkau mengetahui hal itu?” maka Nabi pun menjawab, “Jika kamu senang padaku maka kamu berkata, ‘Demi Tuhan Muhammad.’
- Namun bila kamu sedang marah padaku, maka kamu berkata, ‘Tidak. Demi Tuhan Ibrahim.'”
- Aku pun berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak menyebut namamu (saat marah).” (HR Bukhari dan Muslim)
Pengamalan
button-publish